PERCOBAAN 2
PENENTUAN KONSENTRASI SUATU SENYAWA
YANG TIDAK DIKETAHUI KONSENTRASINYA
A.
TUJUAN
PERCOBAAN
·
Membuat larutan baku dan standar
berdasarkan konsentrasi yang telah ditentukan
·
Mengoperasikan program penentuan konsentrasi
suatu senyawa pada instrumentasi spektroskopi UV-Vis cary 50
·
Membuat persamaan garis linear dari
absorbansi dan konsentrasi larutan standar
·
Menentukan konsentrasi senyawa melalui
perhitungan persamaan garis linear absorbansi dan konsentrasi
B. PRINSIP PERCOBAAN
Menentukan
konsentrasi larutan K2CrO4 yang dapat menyerap energi
radiasi elektromagnetik dari sinar UV-Vis dengan energi tertentu sehingga
elektron-elektron dalam larutan K2CrO4
mengalami eksitasi elektronik dan kemudian elektron tersebut kembali ke
keadaan dasar dengan panjang gelombang tertentu yang ditangkap oleh detektor
dan ditampilkan pada layar computer berupa absorbansi dan konsentrasi, yang kemudian dibuat garis linear absorbansi dan
konsentrasi untuk menghitung konsentrasi larutan K2CrO4 yang
belum diketahui konsentrasinya.
C. DASAR TEORI
Spektroskopi UV-Vis adalah salah satu teknik
analisis spektroskopik yang menggunakan radiasi elektromagnetik UV dekat
(190-380 nm) dan sinar tampak 380-780 nm dengan menggunakan instrumen
spektrofotometer. Dari spektrum absorpsi dapat diketahui panjang gelombang
dengan absorbans maksimum dari suatu unsur atau senyawa. Pada prinsipnya
spektroskopi UV-Vis menggunakan cahaya sebagai tenaga yang mempengaruhi
substansi senyawa kimia sehingga menimbulkan cahaya.
Panjang
gelombang lazim disajikan dalam satuan nm di mana 1 m = 10-9 nm.
Pada table berikut ini ditampilkan klasifikasi sinar tampak beserta warna
komplementernya (bila dicampurkan jadi tidak berwarna).
Table
1. Klasifikasi sinar tampak dengan warna komplementernya
Panjang
gelombang (nm)
|
Warna
|
Warna
komplementer
|
400-435
|
Violet/ungu/lembayung
|
Hijau
kekuningan
|
435-480
|
Biru
|
Kuning
|
480-490
|
Biru
kehijauan
|
Jingga
|
490-500
|
Hijau
kebiruan
|
Merah
|
500-560
|
Hijau
|
Ungu
kebiruan
|
560-580
|
Hijau
kekuningan
|
Ungu
|
580-610
|
Jingga
|
Biru
kehijauan
|
610-680
|
Merah
|
Hijau
kebiruan
|
680-800
|
Ungu
kemerah-merahan
|
Hijau
|
(Sitorus
M, 2009: 7).
Ada
dua aspek yang dapat di ukur dengan alat spektroskopi UV-Vis yaitu aspek kualitatif dan kuantitatif spektroskopi
UV-Vis:
1. Aspek
Kualitatif
Secara kualitatif,
spektroskopi UV-Vis dapat menentukan panjang gelombang maksimal, intensitas,
efek pH dan pelarut.
2. Aspek
Kuantitatif
Dalam aspek
kuantitatif, suatu berkas radiasi dikenakan pada cuplikan dan intensitas sinar
radiasi yang diteruskan diukur besarnya radiasi yang diserap oleh cuplikan
ditentukan dengan membandingkan intensitas sinar yang diteruskan dengan
intensitas sinar yang diserap jika tidak ada spesies penyerap
Jika
suatu molekul bergerak dari suatu tingkat energy tinggi ke tingkat energy rendah
maka beberapa energy akan dilepaskan. Energy ini dapat hilang sebagai radiasi
yang dapat dikatakan telah terjadi emisi radiasi. Jika satu molekul dikenai
suatu radiasi elektromagnetik pada frekuensi yang sesuai sehingga molekul
energi tersebut ditingkatkan ke level yang lebih tinggi, maka terjadi peristiwa
penyerapan (absorbsi) energi oleh molekul. Supaya terjadi absorbsi, perbedaan
energi antara dua tingkat energi harus setara dengan energi foton yang diserap
(Sastrohamidjojo, 1991: 11).
Ada tiga macam proses penyerapan energy
ultraviolet dan sinar tampak, yaitu:
a. Penyerapan
oleh transisi electron ikatan dan electron anti ikatan
b. Penyerapan
oleh transisi electron d dan f dari molekul kompleks
c. Penyerapan
oleh perpindahan muatan
Pengukuran
absorbansi atau transmitansi dalam spektroskopi ultraviolet dan daerah sinar
tampak digunakan untuk analisis kualitatif dan kuantitatif spesies kimia.
Absorbansi ini berlangsung dalam dua tahap, pertama, yaitu transisi atau
eksitasi electron M+hv=M*. tahap kedua adalah relaksasi M* menjadi spesies baru
dengan reaksi fotokimia. Absorbsi dalam daerah ultraviolet dan daerah tampak
menyebabkan eksitasi electron ikatan. Puncak absorpsi (λmaks) dapat
dihubungkan dengan jenis-jenis ikatan yang ada dalam spesies. Spektroskopi absorbsi
berguna untuk mengkarakterisasi gugus fungsi dalam suatu molekul dan untuk
analisa kuantitatif. Spesies yang mengabsorbsi dapat melakukan transisi yang
meliputi:
·
Electron (e), pi (π), sigma (σ), non
bonding (n)
Jenis transisi ini terjadi pada
molekul-molekul organik dan sebagian kecil anion anorganik. Molekul tersebut
mengabsorpsi radiasi elektromagnetik karena adanya electron valensi, yang akan
tereksitasi ke tingkat energy yang lebih tinggi. Absorbsi terjadi dalam daerah
UV vakum (< 185 nm) sedangkan kromofor dengan energy eksitasi yang rendah
mempunyai daerah absorbsi di atas 180 nm. Electron dari molekul organic yang
mengabsorbsi meliputi electron yang digunakan pada ikatan antar atom-atom dan elektron
nonbonding atau elektron tidak berpasangan yang pada umumnya terlokalisasi.
Transisi elektronik pada tingkat-tingkat energy terjadi dengan mengabsorbsi
radiasi sehingga menyebabkan transisi σ------ σ*, n------ σ, n-----π, dan
π----- π*.
·
Absorbsi yang melibatkan
electron-elektron orbital d dan f
Unsur-unsur blok d mengabsorbsi
pada daerah UV dan daerah sinar tampak. Terjadinya transisi logam golongan f
disebabkan karena electron-elektron pada orbital f.
·
Transfer muatan electron
Komponen yang diabsorpsi harus
terdiri dari elektron donor dan elektron akseptor sehingga transfer elektron
dapat terjadi dan menghasilkan absorbsi radiasi (Krisnandi IH, 2002 : 23) .

Persyaratan yang harus
dipenuhi untuk absorbsi sinar tampak adalah larutan harus berwarna.
Spektroskopi UV-Vis digunakan untuk cairan berwarna (Widyaningsih dan Faiqoh, 2009).
Spektroskopi UV-Vis digunakan untuk cairan berwarna (Widyaningsih dan Faiqoh, 2009).
Bagian-bagian dari alat spektroskopi UV-Vis adalah:
-
sumber cahaya
Sumber energy cahaya yang biasa untuk daerah tampak dari spectrum itu maupun daerah ultraviolet dekat dan inframerah dekat adalah sebuah lampu pijar dengan kawat ranbut terbuat dari wolfram. Pada kondisi operasi biasa, keluaran lampu wolfram ini memadai dari sekitar 235 atau 350 nm ke sekitar 3 µm. energy yang dipancarkan olah kawat yang dipanaskan itu beraneka ragam menurut panjang gelombangnya.
Sumber energy cahaya yang biasa untuk daerah tampak dari spectrum itu maupun daerah ultraviolet dekat dan inframerah dekat adalah sebuah lampu pijar dengan kawat ranbut terbuat dari wolfram. Pada kondisi operasi biasa, keluaran lampu wolfram ini memadai dari sekitar 235 atau 350 nm ke sekitar 3 µm. energy yang dipancarkan olah kawat yang dipanaskan itu beraneka ragam menurut panjang gelombangnya.
-
Monokromator
Ini adalah piranti optis untuk memencilkan suatu berkas radiasi dari sumber berkesinambungan, berkas mana mempunyai kemurnian spectral yang tinggi dengan panjang gelombang yang diinginkan. Radiasi dari sumber difokuskan ke celah masuk, kemudian disejajarkan oleh sebuah lensa atau cermin sehingga suatu berkas sejajar jatuh ke unsure pendispersi, yang berupa prisma atau suatu kisi difraksi..
Ini adalah piranti optis untuk memencilkan suatu berkas radiasi dari sumber berkesinambungan, berkas mana mempunyai kemurnian spectral yang tinggi dengan panjang gelombang yang diinginkan. Radiasi dari sumber difokuskan ke celah masuk, kemudian disejajarkan oleh sebuah lensa atau cermin sehingga suatu berkas sejajar jatuh ke unsure pendispersi, yang berupa prisma atau suatu kisi difraksi..
-
Kuvet
Merupakan wadah sampel. Kuvet yang baik untuk
spektroskopi UV-Vis yang terbuat dari kuarsa, yang dapat melewatkan radiasi
daerah ultraviolet ( < 350 nm). Kuvet
yang baik tegak lurus terhadap arah sinar untuk meminimalkan pengaruh
pantulan radiasi. kuvet harus memenuhi syarat-syarat diantaranya adalah tidak
berwarna sehingga dapat mentransmisikan semua cahaya, permukaannya secara optis
harus benar-benar sejajar, harus tahan (tidak bereaksi) terhadap bahan-bahan
kimia, tidak boleh rapuh dan mempunyai bentuk yang sederhana. Pada pengukuran
di daerah UV, dipakai kuvet kuarsa, sedangkan kuvet dari kaca tidak dapat
dipakai sebab kaca mengabsorbsi sinar UV. Sedangkan pengukuran di daerah sinar
tampak (visible), dapat digunakan semua jenis kuvet (Krisnandi IH, 2002: 35).
-
Detector
Detector berfungsi untuk menangkap sinar yang merupakan sinar terusan dari larutan sampel. Di dalam amplifier sinar tersebut diubah menjadi signal listrik. Prinsipnya mengubah energy foton diluar yang jatuh mengenai sampel dan mengubah energy tersebut menjadi besaran yang dapat diukur (Anonim, 2011).
Detector berfungsi untuk menangkap sinar yang merupakan sinar terusan dari larutan sampel. Di dalam amplifier sinar tersebut diubah menjadi signal listrik. Prinsipnya mengubah energy foton diluar yang jatuh mengenai sampel dan mengubah energy tersebut menjadi besaran yang dapat diukur (Anonim, 2011).
Penentuan
konsentrasi cuplikan dilakukan dengan membandingkan warna larutan analit dengan
warna larutan-larutan yang jenis dan konsenstrasinya diketahui (standar). Bila
warna larutan analit cocok dengan warna larutan suatu standar, maka konsentrasi
analit sama dengan konsentrasi larutan standar tersebut. Jika intensitas sinar
pada cuplikan yang tidak diketahui konsentrasinya dibandingkan dengan suatu
larutan standar, maka konsentrasi larutan cuplikan itu dapat diketahui. Larutan
yang akan ditentukan konsentrasinya harus diperlakukan sama dengan larutan
standar. Hubungan antara intensitas yang diserap dengan konsentrasi ditunjukkan
oleh hokum Lambert-Beer.
Hukum
dasar spektroskopi adalah apabila suatu radiasi elektromagnetik melewati suatu
medium homogeny dengan intensitas radiasi semula (Io), maka sebagian
radiasi tersebut diteruskan (It), dipantulkan (Ir), dan
diabsorbsi (Ia), sehingga:
Io=
(It) + (Ir) + (Ia)
Harga Ir (±4%)
sehingga dapat diabaikan, maka:
Io=
(It) + (Ia)
Hukum Lambert-Beer:
Bouger, Lambert, dan Beer menunjukkan hubungan antara
transmittan dan absorban terhadap intensitas radiasi atau konsentrasi zat yang
dianalisis dan tebal larutan yang mengabsorbsi sebagai:
T =
= 10 -εbc

A = log 1/T =
εbc
Dimana:
T = transmitan
Io =
intensitas radiasi yang datang
It =
intensitas radiasi yang diteruskan
ε = absorbansi molar
(L/mol.cm)
c = konsentrasi (mol/L)
b = tebal larutan (cm)
A = absorbansi
Hukum Lambert-Beer memiliki
keabsahan diantaranya adalah:
1. Cahaya
yang digunakan harus monokromatis
2. Larutan
yang digunakan harus encer
3. Larutan
yang bersifat memancarkan pendar-fluor dan suspensi tidak selalu mengikuti
hukum Beer
4. Tidak
terjadi reaksi kimia selama pengukuran, seperti polimerisasi, hidrolisis,
asosiasi atau disosiasi
Jika suatu system
mengikuti Hukum Beer, grafik antara absorbansi terhadap konsentrasi akan
menghasilkan garis lurus.
(Sitorus M, 2009: 9)
D.
METODOLOGI
PERCOBAAN
1)
Alat
dan Bahan
Alat yang digunakan adalah:
§ Cawan
arloji
§ Spatula
§ Labu
ukur 100 ml
§ Labu
ukur 10 ml
§ Pipet
volume/ukur
§ Pipet
tetes
§ Beaker
glass
§ Corong
gelas
§ Botol
vial 5 buah
§ Kuvet
spektroskopi UV-Vis
§ Spektroskopi
UV-Vis cary 50
Bahan yang digunakan adalah:
§ larutan
K2CrO4
§ kertas
tissue
§ air
akuades
§ kertas
label
2)
Skema
Kerja
1)
Pembuatan
Larutan Baku

·
·
Di
buat lima larutan standar 10 ml dengan konsentrasi 0,1; 0,25; 0,5; 0,75; 1 g/L
dengan pengenceran
2)
Pembuatan
Larutan Blanko
![]() |
3) Penentuan Panjang Gelombang
Maksimum
|
|

|

|

![]() |
![]() |
4)
Penentuan Konsentrasi Senyawa yang tidak
diketahui konsentrasinya: Metode 1
![]() |
E. HASIL PENGAMATAN (terlampir)
F. PERHITUNGAN
·
Kurva Kalibrasi

·
Perhitungan harga slope dan intersep
Tabel 1. Tabel Perhitungan Harga Slope
dan Intersep Hasil Percobaan
Sampel
|
Konsentrasi
|
Absorbansi
|
λmaks
|
Zero
(blanko)
|
-
|
0,0475
|
377,1
|
1
|
0,05
|
2,2108
|
377,1
|
2
|
0,1
|
3,4539
|
377,1
|
3
|
0,3
|
3,7919
|
377,1
|
4
|
0,5
|
3,8768
|
377,1
|
Sampel
|
x
|
0,892
|
371
|
Dari
perhitungan menggunakan kalkulator, diperoleh persamaan linear:
y = 2,878x + 2,65
maka, slope = 2,878 dan intersep = 2,65
·
Perhitungan konsentrasi K2CrO4
y = 2,878x + 2,65
ó 0,892 = 2,878x + 2,65
ó1,758 = 2,878x
ó x =0,61 ppm
G. PEMBAHASAN
Pada
percobaan kali ini, yaitu percobaan penentuan konsentrasi K2CrO4
yang belum diketahui, dilakukan dengan menggunakan instrument spektroskopi
UV-Vis Carry 50 melalui beberapa tahapan proses yaitu mulai dari pembuatan larutan,
penentuan panjang gelombang maksimum, pembuatan kurva kalibrasi, dan pengukuran
konsentrasi K2CrO4 yang belum diketahui.
Sebelum
dilakukan penentuan panjang gelombang maksimum untuk larutan K2CrO4,
maka dilakukan terlebih dahulu penyiapan larutan sampel. Dalam hal ini, adalah
larutan K2CrO4 yang dibuat secara kuantitatif dalam
berbagai konsentrasi yaitu 0,05 ppm, 0,1 ppm, 0,3 ppm, dan 0,5 ppm. Pembuatan
larutan K2CrO4 ini dilakukan dengan menggunakan pipet
ukur dan labu ukur yang memiliki ketelitian tinggi agar diperoleh data yang
teliti dan tepat. Larutan K2CrO4 dibuat dalam berbagai
konsentrasi agar dapat terlihat perbedaan transmisi panjang gelombang yang
dianalisis. Dalam proses pembuatan larutan ini dilakukan dengan system
pengenceran bertingkat yang menggunakan larutan K2CrO4 dengan
konsentrasi 0,5 ppm sebagai larutan induk. Pada pembuatan larutan sampel ini,
larutan yang dibuat tidak boleh terlalu pekat (harus encer) supaya penyerapan
sinar yang diberikan alat spektroskopi UV-Vis dapat terserap dengan maksimum
sehingga absorbansi maksimumnya mudah diperoleh. Dalam pembuatan sampel K2CrO4,
digunakan aquades sebagai pelarut karena aquades dapat melarutkan padatan dan transparan sehingga memenuhi syarat
sebagai pelarut untuk sampel pada uji menggunakan spektroskopi UV-Vis. Karena
apabila digunakan pelarut yang memiliki warna, pelarut tersebut akan ikut
mengabsorbsi λ pada daerah pengukuran sehingga mempengaruhi panjang gelombang
maksimum senyawa K2CrO4. Kemudian, pelarut aquades yang
digunakan tersebut dijadikan sebagai blanko dengan tujuan untuk mengkalibrasi
alat instrumentasi spektroskopi UV-Vis agar dapat meminimalisir kesalahan pada
pemakaian instrumentasi spektroskopi UV-Vis sehingga diperoleh besar absorbansi
dan panjang gelombang maksimum sampel dengan teliti.
Setelah
larutan sampel telah dibuat, maka dilakukan penentuan panjang gelombang
maksimum untuk larutan K2CrO4 menggunakan instrument
spektroskopi UV-Vis carry 50 pada rentang panjang gelombang 200-800 nm.
Penentuan panjang gelombang ini dengan tujuan untuk mengetahui pada daerah mana
larutan K2CrO4 akan memberikan serapan (absorbansi)
maksimum. Dipilih panjang gelombang 200-800 nm karena panjang gelombang sinar
UV berkisar dari 200-350 nm dan panjang gelombang sinar tampak berkisar dari
350-800 nm, dengan penggunaan panjang gelombang 200-800 nm maka diharapkan
panjang gelombang maksimum sampel dapat teramati.
Percobaan
ini dilakukan berdasarkan adanya transisi electron yang dapat terjadi pada
senyawa K2CrO4 akibat adanya penyerapan sebagian radiasi
yang diberikan dari suatu instrument spektroskopi UV-Vis yang merupakan sinar
monokromatis yang dilewatkan pada sisi bening dari kuvet. Elektron-elektron
yang terdapat pada senyawa K2CrO4 dapat mengalami
transisi electron atau tereksitasi dari tingkat energy tertentu dikarenakan adanya
sebagian energy yang diserap oleh senyawa K2CrO4 yang
dalam larutannya memberikan warna kuning. Dalam hal ini, pada panjang gelombang
tertentu senyawa K2CrO4 akan menyerap energy yang
diberikan padanya sehingga electron-elektron ikatannya mengalami eksitasi.
Kuvet
yang digunakan pada alat instrumentasi spektroskopi UV-Vis ini terbuat dari
kuarsa karena dapat melewatkan radiasi daerah ultraviolet < 350 nm. Pada
pemasangan kuvet pada alat instrumentasi, kuvet ini harus dipasang tegak lurus
terhadap arah sinar, tujuannya untuk meminimalkan pengaruh pantulan radiasi.
Dalam penggunaan kuvet juga harus diperhatikan, yaitu kuvet ini harus dipegang
pada bagian buram supaya tidak ada noda yang berasal dari jari menempel pada
bagian bening kuvet tersebut, tujuannya supaya dapat mentransmisikan semua
cahaya yang melewati kuvet.
Setelah
alat spektroskopi UV-Vis dikalibrasi, larutan sampel dimasukkan ke dalam alat
instrument spektroskopi UV-Vis untuk mengukur absorbansi sampel sehingga
diketahui panjang gelombang maksimumnya. Setelah sampel dimasukkan ke dalam
kuvet, cahaya monokromatik yang melewati sampel akan diserap sehingga
menyebabkan electron pada sampel tereksitasi dari tingkat energy dasar ke
tingkat energy yang lebih tinggi. Kemudian, electron tersebut mengalami
perpindahan kembali dari tingkat energy yang lebih tinggi ke tingkat energy
yang lebih rendah (mengalami emisi) dengan memancarkan cahaya dengan panjang
gelombang tertentu. Cahaya yang dipancarkan ini akan diteruskan ke detector
untuk diubah menjadi signal listrik. Dan signal listrik akan diterima oleh
amplifier. Amplifier ini berfungsi untuk memperkuat hasil pembacaan detector
dalam hal panjang gelombang. Selanjutnya panjang gelombang tersebut dilanjutkan
ke rekorder untuk mengubah ke dalam bentuk sinyal-sinyal listrik dalam bentuk
spectrum. Jadi fungsi rekorder disini yaitu mengubah panjang gelombang hasil
deteksi dari detector yang diperkuat oleh amplifier menjadi sinyal-sinyal
listrik dalam bentuk spectrum. Sinyal-sinyal listrik dalam bentuk spectrum ini
dilanjutkan ke tahap berikutnya yaitu dibawa ke monitor sehingga dapat dibaca
dan dapat di print.
Dari
hasil pengukuran spektroskopi UV-Vis, diperoleh absorbasni maksimum untuk
larutan K2CrO4 0,05 ppm adalah 2,2108, larutan K2CrO4
0,1 ppm adalah 3,4539, larutan K2CrO4 0,3 ppm
adalah 3,7919, dan larutan K2CrO4 0,5 ppm adalah 3,8768
dengan panjang gelombang maksimum masing-masing yaitu 377,1 nm. Berdasarkan kurva kalibrasi, dapat
dilihat bahwa semakin besar konsentrasi larutan K2CrO4, semakin
tinggi harga absorbansinya. Hal ini
menandakan bahwa larutan K2CrO4 akan menyerap lebih
banyak radiasi cahaya yang diberikan jika konsentrasi larutannya ditingkatkan.
Dari
data yang ada pada kurva linear dapat dihitung slope dan intersepnya untuk
mengetahui konsentrasi larutan K2CrO4 yang belum
diketahui. Adapun persamaan yang diperoleh baik dari hasil pengukuran maupun
dari hasil perhitungan adalah adalah y = 2,878x + 2,65. Dengan slope = 2,878
dan intersep = 2,65, menunjukkan terdapat kemiringan sebesar 2,878. Dengan
adanya persamaan ini, maka konsentrasi larutan K2CrO4 yang
belum diketahui dapat ditentukan dengan persamaan Lambert-Beer. Perhitungan
dapat dilakukan dengan menggunakan harga absorbansi larutan K2CrO4
yang belum diketahui konsentrasinya yang
terukur pada spektroskopi UV-Vis yaitu 0,892. Dengan dilakukannya perhitungan
ini, maka diperoleh konsentrasi larutan K2CrO4 tersebut
adalah 0,61 ppm.
Berdasarkan hasil perhitungan dengan absorbansi 0,892
diperoleh konsentrasi larutan sebesar 0,61 ppm, seharusnya absorbansi pada
konsentrasi ini lebih besar dari larutan yang konsentrasinya 0,05 ppm, 0,1 ppm,
0,2 ppm, 0,3 ppm karena semakin besar konsentrasi larutan, semakin
banyak ia menyerap radiasi dari sumber cahaya sehingga semakin
tinggi harga absorbansinya. Dari tabel terlihat bahwa absorbansi pada sampel
dengan konsentrasi 0,61 ppm (0,892) hampir mendekati dengan konsentrasi blanko
(0,0475). Kesalahan ini dapat terjadi karena pada saat memasukkan larutan K2CrO4
yang tidak diketahui konsentrasinya ke dalam kuvet tidak mencapai 2/3 tinggi
kuvet sehingga hanya sedikit sinar yang diserap oleh larutan.
H. KESIMPULAN
Kesimpulan
dari percobaan ini adalah:
1. Persamaan
linear pada percobaan ini adalah y = 2,878x + 2,65 dengan slope = 2,878 dan
intersep = 2,65
2. Konsentrasi
larutan K2CrO4 yang belum diketahui adalah 0,61 ppm
3. Semakin besar konsentrasi larutan sampel, semakin tinggi
harga absorbansinya
I. DAFTAR PUSTAKA
Widyaningsih
E dan Faiqoh CE. 2009. Spektroskopi
UV-Vis. Online.File:///H:/TUGAS% 20
SPEKTRO/UV/spektroskopi-uv-vis.html
(diakses 6 Mei 2011)
Anonim.
2011. Spektofotometri. Online. http://www.chem-is-try.org/artikel_kimia/kimia_
analisis/spektrofotometri/ (diakses 6 Mei 2011)
Sastroamidjojo
H. 1991. Spektroskopi. Yogyakarta:
Liberty. Hlm 11.
Sitorus
M. 2009.Spektroskopi Eludasi Struktur
Molekul Organik.Yogyakarta:Graha Ilmu. Hlm 7 dan 9.
Krisnandi
IH. 2002. Pengantar Analisis Instrumental.
Bogor: Sekolah Menengah Analisis Kimia Bogor. Hlm 23 dan 35.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar